Kolaborasi RMU Bersama Kelas Lentera Ajak Siswa untuk Peduli Lingkungan dan Hutan Rawa Gambut
Keterangan Foto: Program 'Pepohonan' kolaborasi RMU dan Kelas Lentera mengajarkan siswa untuk peduli terhadap lingkungan sejak dini.
KOTIM, BORNEO7.COM – Melalui program Pepohonan (Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup Berbasis Potensi Lokal untuk Kelestarian Hutan Rawa Gambut), PT.Rimba Makmur Utama (RMU) bersama Kelas Lentera, salah satu divisi KUARK Internasional, mengajak siswa di dua sekolah dasar, yaitu SDN Perigi, Kecamatan Mendawai, Kabupaten Katingan dan SDN SP2 Babaluh, Kecamatan Pulau Hanaut, Kabupaten Kotawaringin Timur, untuk peduli terhadap lingkungan sekitar.
“Kita ajak para siswa ini untuk mulai peduli lingkungan sejak dini dari lingkungan sekitar dulu,” kata Bellini Simangunsong, Spesialis Kesehatan Masyarakat Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa Hutan PT.RMU, Minggu (19/05/2024).
Ia menyebutkan, kegiatan Program Pepohonan ini sudah berjalan selama satu tahun, dan pihaknya sudah melakukan pelatihan-pelatihan kepada para guru di dua sekolah tersebut.
“Pada pelatihan ini kita memberikan edukasi terkait hutan rawa gambut kepada para guru, dan selanjutnya setelah mengikuti berbagai topik pada pelatihan ini komitmen dari setiap guru adalah melakukan ‘berbagi praktik baik’, jadi hasil semua pelatihan itu adanya di ‘berbagi praktik baik’, yang akan diperlihatkan kepada para guru dan para orang tua siswa,” ujarnya.
“Tujuannya adalah karena PT.RMU bergerak di bidang restorasi hutan rawa gambut dan lokasi konsesinya berbatasan dengan desa binaan kita, termasuk Desa Perigi dan Makarti Jaya, maka kita mengharapkan nantinya para siswa itu akan menjadi generasi masa depan yang bisa bersama-sama melindungi hutan tersebut,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Randy Fananta Program Manajer Pepohonan, menjelaskan kegiatan ini didesain sama seperti visi dan misi dari PT.RMU yaitu untuk menjaga kelestarian hutan rawa gambut.
“Dimana sekolah dasar di dua desa ini yang dijadikan pilot school untuk diberikan pendidikan lingkungan tentang hutan rawa gambut,” tambahnya.
Menurutnya, pendidikan lingkungan tentang hutan rawa gambut ini belum ada di Kalimantan, bahkan di Indonesia.
“Jadi pilot project ini adalah yang pertama di Indonesia, karena belum ada sekolah yang mengangkat potensi lokalnya untuk belajar tentang kelestarian hutan rawa gambut, terutama di daerah Kalimantan, karena di sekolah biasanya hanya belajar yang umum saja tapi tidak kembali kepada aspek kearifan lokalnya itu sendiri,” ujarnya.
“Maka melalui program pepohonan ini kami mengembalikan lagi aspek kearifan lokalnya agar mereka bisa menjaga hutan rawa gambut sebagai mitigasi perubahan iklim dan juga mitigasi bencana karena peran gambut ini sangat penting sekali,” jelasnya.
“Perubahan iklim ini sebenarnya berdampak besar bagi mereka, namun mereka belum mengajarkan masalah lingkungan hidup ini di sekolah,” lanjutnya lagi.
“Kemudian program ini kami integrasikan dengan kurikulum nasional artinya sekolah yang dulunya tidak tahu tentang pendidikan lingkungan hidup dan hutan rawa gambut, kita berikan selaras dengan kurikulumnya yaitu masuk di pembelajarannya,” tambahnya.
“Kami melakukan pengembangan kurikulum pepohonan di kedua sekolah ini dimana pada kurikulumnya ada pembiasaan anak-anak untuk mencintai lingkungan, dua sekolah ini memiliki masalah yang berbeda, yang satu mengajak anak-anak untuk mengatasi masalah sampah di Desa Perigi dan yang satu lagi di Desa Babaluh kami mengajak anak-anak meneliti bagaimana cara menanam tanpa bakar tanpa kimia sehingga mereka dapat merawat lahannya dan menghindari kebakaran serta dapat melindungi gambutnya, karena lahan mereka adalah lahan gambut,” ujarnya.
“Selain itu kami juga mengundang stakeholder agar program pepohonan ini kurikulumnya bisa disebarluaskan, digunakan dan menginspirasi sekolah-sekolah di sekitarnya,” tandas Randy.
Sementara itu, Peby Staf Kesehatan Masyarakat PT.RMU mengatakan selama mengikuti Program Pepohonan ini di sekolahnya masing-masing para siswa dan guru terlihat sangat antusias.
“Melalui pembiasaan Pulai (Pungut dan pilah sampah kita) serta pembiasaan Katiau (Kasihi teman dan alam ulun), para siswa menjadi lebih percaya diri, disiplin, dan peduli terhadap lingkungannya,” ujarnya.
“Dan para guru pun demikian, setelah mengikuti program ini mereka menjadi lebih semangat dan kreatif,” pungkasnya.
(Tbk)